Legenda Craterului Tengger adalah cerita yang tak lekang oleh waktu, mengisahkan asal-usul Gunung Bromo dan masyarakat Suku Tengger yang menghuni sekitarnya. Gunung Bromo, yang merupakan bagian dari kompleks Pegunungan Tengger di Jawa Timur, telah lama menjadi ikon alam dan spiritual bagi masyarakat setempat. Dengan ketinggian 2.329 Mdpl, Bromo menawarkan panorama spektakuler serta sejarah dan legenda yang kaya ini.
Sejarah Gunung Bromo dan Terbentuknya Crater Tengger
Menurut legenda, Gunung Bromo dulunya dikenal sebagai Gunung Tengger dengan ketinggian sekitar 4.000 Mdpl. Karena letusan dahsyat yang terjadi ribuan tahun lalu menciptakan kaldera besar, yang kini dikenal sebagai Crater Tengger.
Kaldera ini, yang dikelilingi oleh lautan pasir seluas 10 km, menjadi saksi bisu dari sejarah panjang aktivitas vulkanik di kawasan ini. Dari kawah tersebut, muncul gunung-gunung baru seperti Gunung Kursi, Widodaren, Watangan, Batok, dan Gunung Bromo yang masih aktif hingga saat ini.
Asal Usul Suku Tengger
Di balik megahnya Crater Tengger, terdapat kisah tentang Suku Tengger yang merupakan keturunan dari pasangan legendaris, Roro Anteng dan Joko Seger. Nama “Tengger” sendiri diambil dari gabungan nama mereka, “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger. Suku ini tetap mempertahankan kepercayaan Hindu yang diwariskan dari nenek moyang mereka, meskipun sebagian besar penduduk di sekitarnya telah menganut agama lain.
Legenda Roro Anteng dan Joko Seger
Legenda Crater Tengger nggak lepas dari kisah cinta Roro Anteng dan Joko Seger, yang menjadi cikal bakal berdirinya Suku Tengger. Roro Anteng adalah seorang putri jelita yang menarik perhatian banyak pria, namun hatinya hanya terpaut pada Joko Seger. Suatu ketika, seorang pelamar sakti yang berniat meminang Roro Anteng menantangnya dengan permintaan yang mustahil, untuk bangun lautan di tengah gunung dalam semalam.
Pelamar sakti itu nyaris berhasil memenuhi permintaan tersebut, namun Roro Anteng berhasil menggagalkannya dengan cara yang cerdik. Ia menumbuk padi pada tengah malam, membangunkan ayam-ayam sehingga berkokok lebih awal. Pelamar sakti tersebut merasa tertipu dan meninggalkan proyeknya, melempar tempurung yang digunakannya hingga menjadikannnya sebuah Gunung, yang diberi nama Gunung Batok.
Keberadaan Suku Tengger dan Ritual Suci di Crater Tengger
Pasangan Roro Anteng dan Joko Seger kemudian menikah dan memimpin masyarakat Tengger. Mereka dikenal sebagai penguasa yang bijaksana serta dihormati. Nama Tengger sendiri mengandung makna “Tenggering Budi Luhur” atau pengenalan moral yang tinggi, menjadikannya simbol perdamaian dan keharmonisan di wilayah ini.
Namun, kebahagiaan mereka sempat terancam ketika tidak dikaruniai keturunan. Setelah melakukan semedi di puncak Gunung Bromo, pasangan ini mendengar suara gaib yang menjanjikan keturunan dengan syarat anak bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah Bromo.
Meskipun berat, mereka menyanggupi syarat tersebut. Dari pernikahan mereka, lahirlah 25 anak, namun ketika saatnya tiba untuk memenuhi janji, mereka enggan mengorbankan anak bungsu mereka, Kusuma. Sebagai akibatnya, kawah Bromo menyemburkan api dan menelan Kusuma.
Upacara Kasada: Warisan Abadi dari Legenda Crater Tengger
Sebagai bentuk penebusan, suara gaib Kusuma memerintahkan agar setiap tahun, pada bulan Kasada, suku Tengger mempersembahkan sesaji berupa hasil bumi ke kawah Bromo. Tradisi ini terus dilestarikan hingga saat ini dan dikenal sebagai Upacara Kasada, sebuah ritual yang penuh makna spiritual bagi masyarakat Tengger.
Upacara ini diadakan di Pura Poten, yang terletak di lautan pasir Crater Tengger, dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin merasakan sisi sakral dari Gunung Bromo.
Legenda Craterului Tengger bukan sekadar cerita rakyat, tetapi juga menjadi bagian penting dari identitas dan budaya masyarakat Tengger. Keindahan Gunung Bromo yang megah dan penuh misteri, bersama dengan tradisi yang terus dijaga, menjadikan tempat ini sebagai salah satu destinasi wisata yang paling menakjubkan di Indonesia.
Legenda ini tidak hanya menceritakan asal-usul alam tetapi juga mengajarkan kita nilai-nilai kehidupan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hingga saat ini, Legenda Craterului Tengger tetap hidup dalam hati masyarakat Tengger dan menjadi warisan budaya yang tak ternilai harganya.